بِسمِ اللَّهِ الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ
Di balik rasa bangga dengan hasil karya nyata Mbah Wahab yang mampu
membakar semangat perjuangan bangsa Indonesia tersebut, baik kiranya
masyarakat Indonesia mengetahui sejarah di balik penciptaan lagu itu.
Semangat Abdul Wahab muda sekitar tahun 1914 setelah pulang dari
menuntut ilmu di Mekkah merasa tidak bisa memaksimalkan seluruh
kemampuan berpikir dan bergeraknya saat menjadi salah satu bagian dari
Syarikat Islam (SI) dengan tokoh utamanya Haji Oemar Said Tjokroaminoto
(1883-1934 M).
Kiai Wahab merasa tidak puas
jika belum mendirikan organisasi sendiri. Karena dalam pandangannya, SI
terlalu mengutamakan kegiatan politik, sedangkan dirinya menginginkan
tumbuhnya nasionalisme di kalangan pemuda melalui kegiatan pendidikan.
Singkatnya pada tahun 1916, KH Wahab Chasbullah berhasil mendirikan perguruan Nahdlatul Wathan atas bantuan beberapa kiai lain dengan dirinya menjabat sebagai Pimpinan Dewan Guru (keulamaan). Sejak saat itulah Nahdlatul Wathan dijadikan
markas penggemblengan para pemuda. Mereka dididik menjadi pemuda yang
berilmu dan cinta tanah air (Choirul Anam, 2010: 29).
Bahkan
setiap hendak dimulai kegiatan belajar, para murid diharuskan terlebih
dahulu menyanyikan lagu perjuangan dalam bahasa Arab ciptaan Mbah Wahab
sendiri. Kini lagu tersebut sangat populer di kalangan pesantren dan
setiap kegiatan Nahdlatul Ulama (NU), yakni Yaa Lal Wathan yang juga dikenal dengan Syubbanul Wathan
(pemuda cinta tanah air). Benih-benih cinta tanah air ini akhirnya bisa
menjadi energi positif bagi rakyat Indonesia secara luas sehingga
perjuangan tidak berhenti pada tataran wacana, tetapi pergerakan sebuah
bangsa yang cinta tanah airnya untuk merdeka dari segala bentuk
penjajahan.
Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon
حُبُّ الْوَطَنْ مِنَ اْلإِيمَانْ
Hubbul Wathon minal Iman
وَلاَتَكُنْ مِنَ الْحِرْماَنْ
Wala Takun minal Hirman
اِنْهَضوُا أَهْلَ الْوَطَنْ
Inhadlu Alal Wathon اِندُونيْسِياَ بِلاَدى
Indonesia Biladi
أَنْتَ عُنْواَنُ الْفَخَاماَ
Anta ‘Unwanul Fakhoma
كُلُّ مَنْ يَأْتِيْكَ يَوْماَ
Kullu May Ya’tika Yauma
طَامِحاً يَلْقَ حِماَمًا
Thomihay Yalqo Himama
Pusaka Hati Wahai Tanah Airku
Cintamu dalam Imanku
Jangan Halangkan Nasibmu
Bangkitlah Hai Bangsaku
Pusaka Hati Wahai Tanah Airku
Cintamu dalam Imanku
Jangan Halangkan Nasibmu
Bangkitlah Hai Bangsaku
Indonesia Negeriku
Engkau Panji Martabatku
Siapa Datang Mengancammu
Kan Binasa di bawah durimu