بِسمِ اللَّهِ الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ

Salah satu diantaranya adalah kesulitan bagi kaum Muslimin dari berbagai negara untuk memasuki Amerika Serikat, apalagi jika orang itu menggunakan nama berbahasa Arab. Ditambah, kalau orang yang bersangkutan bernama 3 orang Nabi, Muhammad Ismail Daud, walaupun dipakai seorang keturunan Tionghoa bermata sipit dan beragama Konghucu, jelas akan ditolak permintaannya untuk memperoleh visa memasuki negara tersebut. Ini belum lagi hal-hal lain, seperti wakil Perdana Menteri Malaysia, yang harus menanggalkan sepatu di sebuah lapangan terbang A.S, ketika melewati pemeriksaan security (keamanan). Hingga hari inipun, lebih setahun setelah terjadinya peristiwa tragis itu, kaum Muslimin masih menghadapi kesulitan-kesulitan itu.
Penulis sendiri pun mengalami kejadian yang tidak mengenakan. Ketika diwawancarai oleh seorang penulis Amerika Serikat, penulis menyatakan bahwa ada kerancuan dalam sikap publik A.S terhadap kaum Muslimin hingga menggangap semua kaum Muslimin adalah teroris, karena itu harus menerima perlakuan tertentu sebagai teroris. Bukankah ini juga sebuah terorisme dari negeri itu? Ternyata dalam buku “ Bush on War” dimuat kutipan sepenggal saja, yaitu ucapan penulis bahwa bangsa Amerika Serikat adalah negara terorisme. Untunglah CIA (Central Intelegence Agency) di Amerika Serikat, melalui seorang direkturnya segera melakukan penelitian ulang tentang hal itu dengan bertanya apa lengkapnya ucapan penulis. Penulis menjawab dengan sejujurnya, ketika digambarkan di atas. Itupun penulis tidak tahu, apakah keterangan itu dipercaya atau tidak oleh pihak-pihak yang bersangkutan di negeri Paman Sam.
Sumber : GusDur.net