بِسمِ اللَّهِ الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ

Ke mana manaqib (sejarah) mereka? Padahal dengan mengenal sejarah
maka akan timbul ghirah (semangat) dan kebanggaan. Mustinya kita punya
kebanggaan "al-'ulama waratsat al-anbiya", ulama sebagai pewaris para
nabi. Sehingga sebelum kita bercermin kepada Rasulullah, terlebih dahulu
kita bercermin pada pewarisnya. Jangan jauh-jauh, lihat karomahnya Kiai
Abu Ubaidah Giren dan Kiai Romdhon. Mereka adalah ulama besar Tegal
zaman dulu, juga Kiai Baidhawi dan Kia Abdullah Kepatian yang merupakan
ulama awal Naqsyabandiyah Khalidiyah di Tegal.
Jalurnya yaitu Kiai Abdullah mengambil dari Kiai Husein Sulaiman Su'udi, dari Sayyid Sulaiman al-Qari, dari Sayyid Abdullah Affandi, dari Maulana Khalid Mujaddid, dari Abdullah ad-Dahlawi, dari Syamsuddin Habibullah Mudzahir, dari Muhammad Nuruddin al-Badwani, dari Sulthanul Auliya Saifuddin, dari Sayyid Muhammad Ma'shum al-Faruqi, dari Sayyid Ahmad Sirhindi, dari Sayyid Abdullah al-Baqi, dari Muhammad Khawajiki, dari Sayyidil Ghauts Darwisy Muhammad, dari al-Ghauts Muhammad Zahid, dari Quthbul Ghauts Abdullah, dari Ya'qub al-Jurkhi, dari Quthbul Aqthab Muhammad 'Alauddin al-Atthari al-Hushairi, dari Sayyidis Syaikh Sulthanul Auliya wal Arifin Muhammad bin Muhammad Bahauddin an-Naqsyabandi, dari Amin Bilal, dari Muhammad Babasarmasi, dari Sayyid Ali, dari Mahbub al-Ajjiri, dari Abu Muhammad Arif, dari Sayyid Abdul Khalid al-Wujduwani, dari al-Ghauts Sayyid Abdullah al-Hamdani, dari Abi Ali al-Kharmani, dari Abil Hasan Qirthani, dari Abi Yazid al-Busthami, dari Ja'far ash-Shadiq, dari Sayyid Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar ash-Shiddiq, dari sahabat Salman al-Farisi, dari Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, dari Baginda Nabi Saw.
Beliau yang dulu sangat masyhur
dengan Kiai Abdullah Kepatian, ulama pertama Tegal pembawa thariqah
Naqsyabandiyah Khalidiyah, di mana sejarahnya sekarang?
Inilah ulama-ulama terdahulu yang membawa misi dari Nabi Saw. Kita
jaga para leluhur dan sesepuh kita. Coba kita singgung sedikit, tapi
baik. Tepekong kalau diarak oleh keturunan etnis China itu masih
membanggakan para leluhur dan sesepuhnya, sangat dihormati. Dari Kwan Im
yang diandalkan, dan selainnya. Mereka mengangkat (meluhurkan) yang
ditokohkan, bukan maksud kita ke sana, tapi kita juga punya sendiri.
Tapi kita belajar menghargai dari mereka, keturunan-keturunan China di
Indonesia yang sudah menjadi warga Indonesia, masih menghargai para
leluhur dan sesepuhnya. "Jadi seandainya para beliau sekarang berkumpul
bersama kita, maka tidak usah heran dan kaget!" Tegas Habib Luthfi bin
Yahya yang disambut tepuk tangan hadirin. Karena mereka punya prinsip
yang hebat dalam menghormati para leluhurnya.
Yang terakhir, poin penting dari peringatan Maulid Nabi adalah
memupuk rasa cinta kita pada Baginda Nabi Saw., para sahabat serta para
pewarisnya (auliya' dan ulama). Sekarang sudah mulai muncul
aliran-aliran yang tidak jelas. Cuma satu yang bisa membendungnya, yakni
dengan Maulid Nabi Saw. Dimanapun tempatnya jika ada Maulid Nabi maka
datangilah, kita ikut hormat di situ. Insya Allah aliran-aliran yang
tidak jelas itu takutnya dengan Maulid Nabi Saw.
Sumber : HabibLutfi.net